Lunturnya nilai-nilai individual


Di bukunya bondan winarno, ini saya dapatkan ditahun 87 waktu saya ulang tahun dari seorang temen. Di buku ini ada hal yang menarik bagi saya mungkin juga bagi bapak ibu, salah satunya tentang lunturnya nilai individual (jatidiri) seseorang

Dibuku itu dikisahkan tentang seorang pelajar sd sebut saja paijo, bagi paijo sekolah adalah suatu kegiatan yang sia-sia.
Karena gurunya tidak bisa memahami paijo ini, tapi paijo harus bisa memahami apapun yang diajarkan oleh gurunya, seperti ketika paijo belum paham mengapa 2 + 2 = 4, guru itu sudah lebih dulu menegur sebelum paijo bertanya “ mengapa sih kamu tidak seperti paidi?, karena slalu dipojokkan dan di banding-bandingkan si paijo ini diam dan tidak akan ingin bertanya lagi, sekalipun tidak mengerti ( dalam istilah jawa = nglokro)Pada hari yang berikutnya guru itu menyuruh murid-muridnya menggambar tentang keadan terindah dipagi hari, paidi yang duduk disebelah paijo menggambar ikan yang sedang makan dengan gembiranya, samiun yang duduk didepannya menggambar sekuntum bunga yang lagi mekar, sedang paijo ini mengeblok kertasnya dengan warna biru karena bagi dia keindahan di paginya adalah langit biru yang bersih tanpa awan. Dan lagi-lagi guru itu bertanya “apa ini“ dengan aksen meremehkan. Mengapa kamu tidak bisa menggambar sperti samiun, paidi, dll. Ini terjadi karena guru itu hanya memakai mata untuk melihatnya tidak dengan mata hatinya,

Hari berikutnya guru itu tidak mendapati paijo dibangkunya, Cuma mendapati secarik kertas yang isinya “

…. Aku tidak mengerti yang mereka ajarkan.
Tetapi mereka tidak mengerti bahwa aku tidak mengerti…..

Setelah baca tulisan itu gurunya pun tersadar, tapi terlambat untuk memperbaiki sikapnya kepada paijo, karena beberapa saat kemudian datang seseorang membawa kabar bahwa paijo telah meninggal, bunuh diri minggu pagi kemaren.

Itu tadi gambaran suasana kelas, tapi hal ini bisa terjadi pada suasana lain, bisa dirumah, maupun dikantor. Dua pelajaran penting bisa diambil dari kisah tadi;
1. paijo tidak mendapati kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya sendiri
2. paijo selalu dibandingkan dengan paidi, samiun dan orang-orang lain yang jelas-jelas punya tempo, irama, dan kecerdasan hidup yang berbeda


tidak jarang seorang paijo yang gemar main tennis tiba tiba harus mengubah hobinya ketika ia dipromosikan menjadi kaTU misalnya, karena semua kaTU harus bisa main badiminton, ini misalnya ya tapi ini bisa aja terjadi.

Bentuk-bentuk konformitas seperti itu memang tidak vertical dari atas ke bawah , sikap konformistis ini bisa aja terjadi dengan teman, istri atau suami karena istri suka belanja


Comments :

1
vandy achmad mengatakan...
on 

betul emang kaya gitu, nilai-nilai individual perlu ditingkatkan

Posting Komentar